WHY CLASSROOM NEED TO BE MANAGED EFFECTIVELY
Pengelolaan kelas yang efektif bisa memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Ahli pengelolaan kelas melaporkan bahwa telah terjadi perubahan dalam pemikiran tentang cara mengelola kelas yang baik. Pandangan lama menekankan pada menciptakan dan menerapkan aturan untuk mengendalikan perilaku siswa. Padangan baru lebih berfokus pada kebutuhan siswa memelihara hubungan dan kesempatan untuk self regulation. Pengelolaan kelas yang mengorientasikan siswa terhadap kepasifan dan kepatuhan terhadap aturan yang kaku dapat merusak keterlibatan mereka dalam belajar aktif, berpikir tingkat tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan.
The Crowded, Complex, and Potentially Chaotic Classroom
Carol Weinstein and Andrew Mignano (2007) menggunakan judul dari bagian ini, “The Crowded, Complex, and Potentially Chaotic Classroom”, sebagai peringatan untuk potensi masalah dan menekankan enam karakteristik Walter Doyle (1986, 2006) yang mencerminkan kompleksitas kelas dan potensi masalah :
1. Classroom are multidimensional . Kelas diatur sebagai tempat dengan banyak kegiatan, mulai dari kegiatan akademik, contohnya membaca, menulis, dan matematika, hingga kegiatan sosial seperti bermain games, berkomunikasi dengan teman lain, dan berdebat. Pekerjaan atau tugas harus diberikan, dipantau, dikumpulkan, dan dievaluasi.
2. Activities occur simultaneously . Banyak aktivitas di kelas yang terjadi secara bersamaan (simultaneously).
Contohnya satu kelompok siswa mungkin menulis di meja mereka, yang lain mungkin mendiskusikan sebuah cerita dengan guru, seorang siswa mungkin memilih atau bermain dengan yang lain, dan lainnya mungkin berbicara mengenai hal yang akan mereka lakukan setelah sekolah.
3. Things happen quickly ( Peristiwa sering terjadi secara cepat dikelas dan mengharuskan respon yang cepat (immediate response).
Contohnya, dua siswa tiba-tiba berdebat tentang kepemilikan buku catatan, siswa mengeluh bahwa siswa yang lain menyalin jawabannya, siswa tersebut berbicara sebelum gilirannya, siswa mencoret tangan siswa lain dengan pena (felt tip pen), dua siswa mulai menindas (bullying) siswa yang lain atau siswa berperilaku kasar kepada temannya.
4. Events are often unpredictable . Meskipun guru merencanakan kegiatan hari itu secara hati-hati dan sangat terorganisasi, kejadian yang tidak diharapkan dapat terjadi.
Contohnya alarm kebakaran berbunyi, siswa sakit, dua siswa terlibat dalam perkelahian, komputer tidak berfungsi, pertemuan tanpa pemberitahuan sebelumnya, pemanas mati ditengah musim dingin.
5. There is little privacy. Kelas adalah tempat umum dimana murid mengamati cara guru menangani masalah kedisiplinan, kejadian yang tidak terduga, dan keadaan frustasi. Beberapa guru melaporkan bahwa mereka merasa seperti berada di dalam “fish bowl” atau secara konstan di atas panggung (on stage). Banyak kejadian yang dialami seorang siswa diamati oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang kejadian yang terjadi. Dalam satu kasus, mereka mungkin mengganggap bahwa guru tidak adil dalam cara mendisiplinkan murid. Menurut yang lain, mereka menghargai kepekaan guru terhadap perasaan siswa.
Contohnya ada dua orang murid yang mengobrol selama pelajaran berlangsung, lalu guru memanggil dua murid tersebut dan memberikannya nasihat, hal tersebut dilihat oleh teman-teman murid tersebut.
6. Classroom have histories . Siswa memiliki kenangan tentang apa yang terjadi sebelummnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan di awal tahun, mana siswa yang mendapatkan lebih banyak hak dibanding yang lain, dan apakah guru memenuhi janjinya. Karena masa lalu memengaruhi masa depan, penting bagi guru untuk mengelola kelas hari ini dengan cara yang mendukung daripada merusak pembelajaran besok. Hal ini berarti bahwa beberapa minggu pertama tahun ajaran sangat penting untuk membangun prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang efektif.
Contohnya: guru yang membuat hari pertama siswa sekolah menjadi hari yang menyenangkan dengan mengajarkan materi pada murid dengan permainan sehingga keesokan harinya siswa memiliki semangat untuk sekolah dan mau menuruti segala aturan yang dibuat guru.
Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, diperlukan (1) mengkomunikasikan aturan dan prosedur kepada kelas dan meminta kerjasama dari murid untuk mengikutinya, (2) meminta murid untuk terlibat dalam semua kegiatan secara efektif.
Managing instruction
Pengelolaan kelas tidak hanya mengelola perilaku siswa, tetapi juga mengelola pengajaran. Idealnya kedua hal tersebut maju secara bersama-sama: siswa yang terlibat dalam tugas-tugas pembelajaran cenderung perilakunya baik. Baru-baru ini ada yang namanya classroom response system digunakan sebagai bagian pengelolaan kelas. Sistem ini merupakan satu set jaringan, dengan komputer yang digunakan sebagai sentral. Dengan menggunakan sistem ini, guru memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan latihan untuk seluruh siswa, dan mengumpulkan data semua siswa yang dapat digunakan untuk menilai pemahaman siswa.
DESIGNING THE PHYSICAL ENVIRONMENT OF THE CLASSROOM
Saat sedang berpikir tentang pengelolaan kelas yang efektif, guru yang kurang berpengalaman cenderung mengabaikan lingkungan fisik.
Principles of Classroom Arrangement
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar yang dapat digunakan saat mengatur kelas
v Mengurangi kepadatan di area yang ramai.
v Pastikan bahwa guru dapat dengan mudah melihat semua siswa. Guru harus memantau semua kegiatan siswa di kelas.
v Membuat dan meletakkan barang- barang yang sering digunakan oleh murid di tempat yang mudah diakses.
v Pastikan bahwa siswa dapat mengamati presentasi di kelas dengan mudah selama kegiatan belajar.
Arrangement Style
Standard Classroom Arrangements
1. Auditorium Style
Gaya susunan kelas di mana semua siswa duduk menghadap guru. Auditorium style seringkali digunakan ketika guru untuk ceramah atau seseorang yang mau memberikan presentasi untuk seluruh kelas.
2. Face to Face Style
Gaya susunan kelas di mana siswa duduk saling berhadapan. Dengan gaya ini gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada auditorium style.
3. Offset Style
Jumlah murid sedikit (biasanya tiga atau empat siswa) duduk dimeja, tetapi tidak duduk bersebrangan satu sama lain..
4. Seminar Style
Sejumlah besar siswa (sepuluh atau lebih anak) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U. Hal ini sangat efektif apabila guru ingin siswa berbicara satu sama lain atau berkomunikasi dengan guru.
5. Cluster Style
Sejumlah kecil murid (biasanya empat sampai delapan siswa) bekerja dalam kelompok kecil, dan merupakan kelompok yang erat. Gaya ini efektif untuk aktivitas belajar kolaboratif.
CREATING A POSITIVE ENVIRONMENT FOR LEARNING
Di dalam suatu pembelajaran, murid membutuhkan lingkungan yang positif untuk belajar. Hal yang harus diperhatikan, yaitu:
General Strategies
· Authoritative classroom management style
Guru authoritative akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, delay gratification (menunda kepusasan), berteman baik dengan teman sebaya, dan menunjukkan high self esteem. Guru authoritative melibatkan para siswa dalam percakapan timbal balik dan menunjukan sikap peduli terhadap mereka. Namun, mereka memberikan batasan bila diperlukan.
· Authoritarian classroom management style
Gaya yang bersifat ketat dan menghukum. Fokusnya terutama pada menjaga ketertiban di kelas daripada pengajaran dan belajar. Murid di kelas ini akan cenderung pasif, gagal dalam memulai kegiatan, menunjukkan kecemasan tentang perbandingan sosial, dan memiliki komunikasi yang kurang baik.
· Permissive classroom management style
Memberikan siswa otonomi yang cukup tetapi hanya mendapatkan sedikit dukungan dalam mengembangkan keterampilan belajar atau mengelola perilaku mereka. Tidak mengherankan, jika murid dalam kelas permissive cenderung memiliki kemampuan akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
sumber gambar: google
sumber artikel:
Santrock, J. W. (2011). Educational psychology (5th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.